REFERENCE BIBLE VERSES
Matius 5:48 (TB) | Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.
1 Korintus 11:1 (TB) | Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus.
OBJECTIVE
Memahami apa arti kesempurnaan dalam Kristus, dan bahwa dalam hidup, untuk mengejar keunggulan, kita memiliki teladan yang sempurna dalam Yesus.
CONTENT
PERFECTION IN HIS EYES
- Dalam mengejar keunggulan dan kesempurnaan, kita mungkin salah mengartikannya sebagai perfeksionisme. Namun, perfeksionisme tidak sama dengan pengejaran keunggulan. Ketika kita mengejar keunggulan, kita bertekad untuk melakukan sesuatu sebaik mungkin dalam batas-batas bakat, sumber daya, dan waktu yang ada.
- Sebaliknya, perfeksionisme adalah dorongan yang didasarkan pada kesombongan atau ketakutan yang dapat memicu obsesi untuk melakukan sesuatu secara sempurna atau melumpuhkan kita dari bertindak sama sekali—yang sering kali mengakibatkan pengabaian terhadap hal-hal lain yang juga penting.
- Ada perbedaan antara kesempurnaan yang Tuhan panggil dari kita dan perfeksionisme dalam pandangan manusia.
- Dalam Matius 5:48, anak-anak Allah dipanggil untuk menjadi sempurna. Namun, ini tidak berarti manusia dapat mencapai kesempurnaan kudus seperti Allah, karena hanya Dia yang kudus. Yesus adalah satu-satunya yang telah hidup dengan sempurna, dan melalui Dia, kita memenuhi standar Allah. Kita tidak memperoleh kebenaran, tetapi dinyatakan benar karena Kristus.
- Panggilan untuk menjadi sempurna adalah seperti yang dimaksudkan rasul Paulus ketika ia berkata, "Jadilah penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih" (Efesus 5:1). Sebagaimana anak-anak cenderung meniru orang tua mereka, anak-anak Allah juga harus meniru dan mencerminkan kesempurnaan-Nya dalam cara mereka hidup.
IMITATING CHRIST
- Meniru tidak hanya berarti menyalin perilaku eksternal tetapi juga motivasi internal. Ketika kita meniru Kristus, kita tidak hanya melakukan apa yang Ia lakukan, seperti berdoa, tetapi juga melakukannya dengan alasan yang sama. Yesus berdoa karena Ia mengasihi Bapa-Nya dan orang-orang yang Ia doakan (Yohanes 17). Kita dapat keliru dengan mencoba meniru tindakan Kristus tanpa motivasi dan karakter-Nya.
- Untuk meniru-Nya, kita harus memiliki hubungan yang intim dengan-Nya—yang ditandai dengan ketaatan, penyerahan diri, dan kasih kepada Tuhan. Tanpa kasih, semua tindakan kita tidak akan berarti apa-apa; itu hanya akan menjadi tiruan. Motivasi di balik tindakan kita akan menentukan apakah kita benar-benar meniru atau hanya menyalin Kristus.
- Meniru teladan Yesus melibatkan pengorbanan diri, seperti yang ditunjukkan Kristus sendiri (Filipi 2:5–8). Pengajaran Paulus dalam 1 Korintus 10:23—11:1 memberikan wawasan tentang hal ini. Kita dapat mengenali bahwa Yesus tidak pernah puas dengan apa yang diperbolehkan atau diizinkan; sebaliknya, Ia selalu mencari apa yang bermanfaat dan membangun (ayat 23). Ia tidak fokus pada kebaikan diri-Nya sendiri tetapi pada kebaikan orang lain. Ia selalu mempertimbangkan bagaimana tindakan-Nya dapat memengaruhi hati nurani orang lain. Segala sesuatu yang Yesus lakukan mencerminkan kemuliaan Allah.
- Di zaman kuno, para murid diharapkan meniru guru mereka sebagai bagian dari pelatihan mereka. Dalam iman Kristen, orang percaya mengenal karakter Kristus melalui persekutuan dengan mentor dan teman yang saleh. Penulis Ibrani menulis, “Tetapi kami ingin supaya kamu masing-masing menunjukkan kerajinan yang sama untuk menjadikan pengharapanmu suatu milik yang pasti, sampai pada akhirnya, dan supaya kamu jangan menjadi lamban, tetapi menjadi penurut mereka yang oleh iman dan kesabaran mendapat bagian dalam apa yang dijanjikan” (Ibrani 6:11–12).
- Sebagai murid Kristus, kita meniru karakter-Nya dan, dengan melakukannya, menjadi teladan hidup yang layak ditiru. Melalui kuasa Roh Kudus, kita menemukan kekuatan untuk mengasihi musuh kita, menjaga hubungan kita, mengatasi nafsu dan kebencian, serta mengikuti perintah lainnya dalam Kitab Suci.
- Ketika kita meniru Kristus dan menjadi lebih seperti Dia dalam segala yang kita lakukan, kita benar-benar bebas (Roma 12:1–2; Efesus 4:22–24). Beban tidak lagi ada pada kita untuk memenuhi panggilan menjadi sempurna; kita dapat mengejar keunggulan dengan hati yang bersukacita karena Yesus telah melakukannya lebih dahulu untuk kita. Rasul Yohanes menegaskan, “Demikianlah kita menjadi sempurna di dalam Dia, supaya kita mempunyai keberanian percaya pada hari penghakiman, karena sama seperti Dia, kita juga ada di dalam dunia ini” (1 Yohanes 4:17, TB).
REFLECTION/DISCUSSION QUESTIONS
- Apakah ada saat di mana perfeksionisme membuat Anda menjauh dari Tuhan?
- Apa perbedaan antara meniru dan menyalin? Dalam hal apa Anda mungkin hanya menyalin Yesus daripada benar-benar meniru-Nya?
REFERENCES